Apa yang terjadi jika sepotong ubi dan telur sebutir jika dimasukan ke dalam air yang mendidih??? Apakah kedua benda itu keluar dari panci panas dalam keadaan yg sama dengan keadaan sebelum direbus?
Air mendidih mengubah ubi dan telur itu. Namun perubahan yg terjadi pada kedua benda itu sangat bertolak belakang. Setelah direbus, telur menjadi keras. Sebaliknya, ubi, menjadi lembut. Kedua benda itu berada dalam panci yg sama dan air mendidih yang sama, namun reaksi mereka berbeda.
Telur akan muncul dalam keadaan keras, sedangkan ubi akan muncul dalam keadaan lembut. Dalam hidup ini, ada masa dimana kita harus masuk ke dalam panci yang berisi air mendidih, yaitu musibah dan penderitaan.....
Dalam suatu musibah, kita merasakan betapa sakit dan nyeri direbus dalam air mendidih. Musibah dan penderitaan bisa terasa sangat kejam dan menyakitkan bagaikan menusuk tulang, hati, dan sumsum. Apalagi ketika musibah demi musibah datang menimpa bagaikan tak ada habisnya. Kita seperti terhempas lemas......Kita menunduk dan menarik nafas panjang, kita bertanya lirih :
"Oh, tuhan, mengapa ini harus terjadi..?"
Namun kenyataan adalah kenyataan. Musibah itu sudah atau sedang terjadi. Jadi yang lebih mendesak bukanlah persoalan mengapa musibah ini terjadi, melainkan bagaimana menghadapinya, bagaimana bisa melewati dan mengatasi musibah ini. Bagaimana bisa survive dalam dan dari musibah ini. Jika musibah dan penderitaan merupakan ibarat direbus dalam panci, soalnya adalah bagaimana kita akan keluar dari panci itu.
Apakah kita akan keluar sebagai telur atau ubi..?
Ada org yg keluar dari musibah dalam keadaan yang sangat tertekan. Mukanya selalu suram. Ia menyendiri. Hidupnya menjadi pahit dan getir. Sikapnya terhadap org lain menjadi kaku. Ia menjadi keras. Ia ibarat telur yang setelah keluar dari air mendidih menjadi keras.
Sebaliknya, ada org yang setelah keluar dari musibah justru menjadi bijak dan matang. Ia merasa damai dengan dirinya. Sikapnya hangat dan ramah. Ia tersenyum dan menyapa. Ia menjadi lembut. Ia ibarat ubi yang setelah digodok justru menjadi lembut.....
Dampak itu bisa begitu berbeda, sebab pandangan dan ketahanan org terhadap penderitaan dan musibah berbeda-beda. Malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih. Penderitaan dan musibah tidak dapat dihindarkan. Itu adalah bagian dari hidup. Hidup adalah ibarat roda, sebentar di atas, sebentar dibawah. Hidup ini ada enaknya dan ada tidak enaknya, yaitu masuk dalam panci dan direbus dalam air mendidih.
Soalnya, apakah kita akan keluar dari panci panas itu sebagai telur rebus yang keras ataukah sebagai ubi yg lembut? Apakah kita akan keluar dari sebuah musibah sebagai orang yang kaku dan keras atau sebaliknya, sebagai org yang berhati lembut?
Agaknya, dalam suatu musibah, kita boleh belajar berbisik :
"Tuhan, biarlah saya menjadi seperti ubi....seperti sepotong ubi rebus yang lembut, hangat, dan manis...."
Air mendidih mengubah ubi dan telur itu. Namun perubahan yg terjadi pada kedua benda itu sangat bertolak belakang. Setelah direbus, telur menjadi keras. Sebaliknya, ubi, menjadi lembut. Kedua benda itu berada dalam panci yg sama dan air mendidih yang sama, namun reaksi mereka berbeda.
Telur akan muncul dalam keadaan keras, sedangkan ubi akan muncul dalam keadaan lembut. Dalam hidup ini, ada masa dimana kita harus masuk ke dalam panci yang berisi air mendidih, yaitu musibah dan penderitaan.....
Dalam suatu musibah, kita merasakan betapa sakit dan nyeri direbus dalam air mendidih. Musibah dan penderitaan bisa terasa sangat kejam dan menyakitkan bagaikan menusuk tulang, hati, dan sumsum. Apalagi ketika musibah demi musibah datang menimpa bagaikan tak ada habisnya. Kita seperti terhempas lemas......Kita menunduk dan menarik nafas panjang, kita bertanya lirih :
"Oh, tuhan, mengapa ini harus terjadi..?"
Namun kenyataan adalah kenyataan. Musibah itu sudah atau sedang terjadi. Jadi yang lebih mendesak bukanlah persoalan mengapa musibah ini terjadi, melainkan bagaimana menghadapinya, bagaimana bisa melewati dan mengatasi musibah ini. Bagaimana bisa survive dalam dan dari musibah ini. Jika musibah dan penderitaan merupakan ibarat direbus dalam panci, soalnya adalah bagaimana kita akan keluar dari panci itu.
Apakah kita akan keluar sebagai telur atau ubi..?
Ada org yg keluar dari musibah dalam keadaan yang sangat tertekan. Mukanya selalu suram. Ia menyendiri. Hidupnya menjadi pahit dan getir. Sikapnya terhadap org lain menjadi kaku. Ia menjadi keras. Ia ibarat telur yang setelah keluar dari air mendidih menjadi keras.
Sebaliknya, ada org yang setelah keluar dari musibah justru menjadi bijak dan matang. Ia merasa damai dengan dirinya. Sikapnya hangat dan ramah. Ia tersenyum dan menyapa. Ia menjadi lembut. Ia ibarat ubi yang setelah digodok justru menjadi lembut.....
Dampak itu bisa begitu berbeda, sebab pandangan dan ketahanan org terhadap penderitaan dan musibah berbeda-beda. Malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih. Penderitaan dan musibah tidak dapat dihindarkan. Itu adalah bagian dari hidup. Hidup adalah ibarat roda, sebentar di atas, sebentar dibawah. Hidup ini ada enaknya dan ada tidak enaknya, yaitu masuk dalam panci dan direbus dalam air mendidih.
Soalnya, apakah kita akan keluar dari panci panas itu sebagai telur rebus yang keras ataukah sebagai ubi yg lembut? Apakah kita akan keluar dari sebuah musibah sebagai orang yang kaku dan keras atau sebaliknya, sebagai org yang berhati lembut?
Agaknya, dalam suatu musibah, kita boleh belajar berbisik :
"Tuhan, biarlah saya menjadi seperti ubi....seperti sepotong ubi rebus yang lembut, hangat, dan manis...."
source:kaskus
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
ini negara demokrasi..
silahkan komentar anda :D